Minggu, 18 Januari 2015

SEJARAH KUCING


 
Sejarah Kucing Dalam Islam

Banyak mitos yang bertebaran disetiap kehidupan kucing mulai dari memiliki 9 nyawa hingga sebagai jelmaan dewa. Seperti yan terjadi pada masa dinasti Fir’aun 3000 tahun yang lalu, kucing amat dipuja karena dianggap sebagai titisan dewa. Lain di Mesir lain pula di Eropa, di dataran ini kucing dianggap sebagai sihir setan atau pembawa bencana. Tak pelak lagi, pada masa abad kegelapan terjadi pemusnahan besar-besaran terhadap hewan lucu ini, hingga menyebar ke Afrika Utara. Padahal, wabah yang oleh masyarakat saat itu dianggap sebagai kutukan adalah jenis penyakit pes yang diakibatkan oleh meledaknya populasi tikus dan penurunan populasi kucing sebagai predator.

Cerita Nabi Muhammad SAW dan Kucingnya.

Didalam perkembangan peradaban islam, kucing hadir sebagai teman sejati dalam setiap nafas dan gerak geliat perkembangan islam.

Diceritakan dalam suatu kisah, Nabi Muhammad SAW memiliki seekor kucing yang diberi nama Mueeza. Suatu saat, dikala nabi hendak mengambil jubahnya, di temuinya Mueeza sedang terlelap tidur dengan santai diatas jubahnya. Tak ingin mengganggu hewan kesayangannya itu, nabi pun memotong belahan lengan yang ditiduri Mueeza dari jubahnya. Ketika Nabi kembali ke rumah, Muezza terbangun dan merunduk sujud kepada majikannya. Sebagai balasan, nabi menyatakan kasih sayangnya dengan mengelus lembut ke badan mungil kucing itu sebanyak 3 kali.

Dalam aktivitas lain, setiap kali Nabi menerima tamu di rumahnya, nabi selalu menggendong mueeza dan di taruh dipahanya. Salah satu sifat Mueeza yang nabi sukai ialah ia selalu mengeong ketika mendengar azan, dan seolah-olah suaranya terdengar seperti mengikuti lantunan suara adzan.
Kepada para sahabatnya, nabi berpesan untuk menyayangi kucing peliharaan, layaknya menyanyangi keluarga sendiri.

Hukuman bagi mereka yang menyakiti hewan lucu ini sangatlah serius, dalam sebuah hadist shahih Al Bukhori, dikisahkan tentang seorang wanita yang tidak pernah memberi makan kucingnya, dan tidak pula melepas kucingnya untuk mencari makan sendiri, Nabi SAW pun menjelaskan bahwa hukuman bagi wanita ini adalah siksa neraka.

Tak hanya nabi, istri nabi sendiri, Aisyah binti Abu Bakar Ash Shiddiq pun amat menyukai kucing, dan merasa amat kehilangan dikala ditinggal pergi oleh si kucing. Seorang sahabat yang juga ahli hadist, Abdurrahman bin Sakhr Al Azdi diberi julukan Abu Hurairah (bapak para kucing jantan), karena kegemarannya dalam merawat dan memelihara berbagai kucing jantan dirumahnya.

Penghormatan para tokoh islam terhadap kucing pasca wafatnya Nabi SAW.

Dalam buku yang berjudul Cats of Cairo, pada masa dinasti mamluk, baybars al zahir, seorang sultan yang juga pahlawan garis depan dalam perang salib sengaja membangun taman-taman khusus bagi kucing dan menyediakan berbagai jenis makanan didalamnya. Tradisi ini telah menjadi adat istiadat di berbagai kota-kota besar negara islam. Hingga saat ini, mulai dari damaskus, istanbul hingga kairo, masih bisa kita jumpai kucing-kucing yang berkeliaran di pojok-pojok masjid tua dengan berbagai macam makanan yang disediakan oleh penduduk setempat.

Pengaruh Kucing dalam Seni Islam.

Pada abad 13, sebagai manifestasi penghargaan masyarakat islam, rupa kucing dijadikan sebagai ukiran cincin para khalifah, termasuk porselen, patung hingga mata uang. Bahkan di dunia sastra, para penyair tak ragu untuk membuat syair bagi kucing peliharaannya yang telah berjasa melindungi buku-buku mereka dari gigitan tikus dan serangga lainnya.

Kucing yang memberi inspirasi bagi para sufi.

Seorang Sufi ternama bernama ibnu bashad yang hidup pada abad ke sepuluh bercerita, suatu saat ia dan sahabat-sahabatnya sedang duduk santai melepas lelah di atas atap masjid kota kairo sambil menikmati makan malam. Ketika seekor kucing melewatinya, Ibnu Bashad memberi sepotong daging kepada kucing itu, namun tak lama kemudian kucing itu balik lagi, setelah memberinya potongan yang ke dua, diam-diam Ibnu Bashad mengikuti kearah kucing itu pergi, hingga akhirnya ia sampai disebuah atap rumah kumuh, dan didapatinya si kucing tadi sedang menyodorkan sepotong daging yang diberikan Ibnu Bashad kepada kucing lain yang buta kedua matanya. Peristiwa ini sangat menyentuh hatinya hingga ia menjadi seorang sufi sampai ajal menjemputnya pada tahun 1067.
Ada juga cerita tentang seorang sufi di Iraq yang bernama Shibli, ia bermimpi dosa-dosanya diampuni setelah menyelamatkan nyawa seekor anak kucing dari bahaya.
Selain itu, kaum sufi juga percaya, bahwa dengkuran nafas kucing memiliki irama yang sama dengan dzikir kalimah Allah.

Cerita yang dijadikan sebagai sauri tauladan

Salah satu cerita yang cukup mahsyur yaitu tentang seekor kucing peliharaan yang dipercaya oleh seorang pria, untuk menjaga anaknya yang masih bayi dikala ia pergi selama beberapa saat. Bagaikan prajurit yang mengawal tuannya, kucing itu tak hentinya berjaga di sekitar sang bayi. Tak lama kemudian melintaslah ular berbisa yang sangat berbahaya di dekat si bayi mungil tersebut. Kucing itu dengan sigapnya menyerang ular itu hingga mati dengan darah yang berceceran.

Sorenya ketika si pria pulang, ia kaget melihat begitu banyak darah di kasur bayinya. Prasangkanya berbisik, si kucing telah membunuh anak kesayangannya! Tak ayal lagi, ia mengambil pisau dan memenggal leher kucing yang tak berdosa itu.

Tak lama kemudian, ia kaget begitu melihat anaknya terbangun, dengan bangkai ular yang telah tercabik di belakang punggung anaknya. melihat itu, si pria menangis dan menyesali perbuatannya setelah menyadari bahwa ia telah mebunuh kucing peliharaannya yang telah bertaruh nyawa menjaga keselamatan anaknya. Kisah ini menjadi refleksi bagi masyarakat islam di timur tengah untuk tidak berburuk sangka kepada siapapun.

Adakah manfaat kucing bagi dunia ilmu pengetahuan?
Salah satu kitab terkenal yang ditulis oleh cendikia muslim tempo dulu adalah kitab hayat al hayaawan yang telah menjadi inspirasi bagi perkembangan dunia zoologi saat ini. Salah satu isinya mengenai ilmu medis, banyak para dokter muslim tempo dulu yang menjadikan kucing sebagai terapi medis untuk penyembuhan tulang, melalui dengkuran suaranya yang setara dengan gelombang sebesar 50 hertz. Dengkuran tersebut menjadi frekuensi optimal dalam menstimulasi pemulihan tulang.
Tak hanya ilmu pengetahuan, bangsa barat juga banyak membawa berbagai jenis kucing dari timur tengah, hingga akhirnya kepunahan kucing akibat mitos alat sihir di barat dapat terselamatkan.



KUCING HIMALAYA



Kucing Himalayan merupakan ras kucing berbulu panjang yang terlihat sangat identik dengan kucing Persia kecuali warna bola matanya yang biru dan pewarnaan bulunya. Waktu saya jalan - jalan ke Pasar hewan beberapa hari yang lalu saja, saya sempat terkecoh dengan penampilan kucing Himalayan ini.

Pola warnanya terlihat sangat mirip dengan kucing Siam dengan dominasi warna putih dan abu-abu pada bagian wajah dan cakar. Namun kucing ini juga memiliki bulu lebat yang khas kucing Persia. Usut punya usut ternyata kucing ini memang hasil persilangan antara kucing Persia dengan kucing Siam.

Sebenarnya kucing jenis ini sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, tetapi kucing ini baru dikenalkan ke Eropa sekitar tahun 1950-an. Itu pun dengan nama Colourpoint Persian, bukan kucing himalayan seperti yang kita sebut sekarang.

Saat ini kucing Himalayan atau kucing himalaya sudah diklasifikasikan dalam ras yang berbeda dengan Persian oleh International Cat Association. Namun masih dimasukkan dalam group yang sama dengan Persia dan Exotic Shorthair (Kucing Persia versi bulu pendek) dalam "Persian Breed Group standard".

Namun begitu, beberapa peternak kucing masih menganggap Himalayan sebagai versi warna lain dari Persian, bukan sebagai ras yang terpisah. Meskipun pada kenyataannya kucing ini tetap bersaing dalam kategori warnanya masing - masing dan dikompetisikan dalam kompetisi yang berbeda.

Seperti kucing persia, kucing Himalayan cenderung memiliki tubuh yang terlihat bulat dengan kaki pendek, yang membuat mereka susah untuk melompat setinggi ras kucing lainnya. Meski ada juga beberapa yang bentuk tubuhnya lebih menyerupai kucing Siam dan dapat melompat hingga setinggi 7 kaki.

Terdapat 2 jenis kucing Himalayan yaitu jenis tradisional atau muka boneka (Doll Face) dan Peke atau Ultra-face dengan wajah yang terlihat lebih Pesek atau bahkan sangat pesek. Yang anda lihat pada gambar di atas adalah kucing Himalayan jenis Peke sedangkan yang akan anda lihat di akhir artikel ini nanti adalah kucing himalayan jenis doll face.
Karakteristik kucing himalayan adalah kucing yang manis, cerdas, dan cenderung sangat bersahabat dan dapat menjadi hewan pendamping yang sangat baik. Sifat mereka juga lebih aktif dari pada kucing Persia yang terkesan suka bermalas-malasan. Sifat ini di dapatnya dari kucing Siam yang memang lebih aktif dari Persia.

Mereka senang menghabiskan waktunya hingga berjam-jam untuk bermain main dengan benda-benda yang menurut mereka menarik, seperti kertas kusit, dan tali atau mainan kucing lainnya. Mereka cenderung hidup untuk mengabdi kepada manusia untuk mendapatkan kasih sayang dan perlindungan. So, tidak mengherankan jika mereka sangat senang dielus-elus.

Karena kucing Himalaya adalah keturunan dari kucing Persia, maka beberapa kucing ini dapat menuruni gen yang dapat memicu penyakit seperti Polycystic kidney disease (PKD). Namun dengan melakukan tes genetik, anda dapat mengetahui apakah kucing himalaya anda berpotensi menderita PKD atau tidak secara dini untuk melakukan pengobatan.

Seperti kebanyakan kucing berbulu panjang, kucing Himalaya butuh untuk disisir setiap harinya agar penampilannya senantiasa terlihat cantik. Selain itu, mungkin anda juga perlu membasuh mukanya setiap hari. Anda juga dituntut untuk sering memandikannya untuk menghilangkan minyak pada bulu dan kulitnya.

Jika anda berminat untuk memelihara kucing Himalayan, perlu anda ketahui jika harga kucing Himalayan sekitar 1 juta hingga 5 juta rupiah tergantung kualitas. Namun anda juga bisa menemukan yang jual kucing Himalayan murah di internet, seperti yang pernah saya lihat di sebuah situs jual beli Indonesia yang jual anakan kucing Himalaya murah seharga Rp650.000,00

Karakteristik Kucing Himalaya

Untuk Karakteristik Kucing Himalaya sendiri terbagi atas dua jenis, karena mengikuti Indukannya yaitu Persia dan Siamase :
- Bertubuh Gemuk, Besar dan Bulat Mengikuti Persia
- Bertubuh Langsing, Ramping dan Anggun, Mengikuti Siamase
- Kaki yang Pendek sama seperti Kucing Persia
- Kucing Himalaya Sulit untuk Melompat, karena Kaki yang pendek
- Terbagi atas Himalayan Doll Face dan Himalayan Ultra Face
- Himalayan Doll Face memiliki wajah yang sedikit pesek
- Himalayan Ultra Face memilih wajah yang sangat pesek jika dilihat dari samping
- Memiliki Bulu yang Panjang dan Warna Point pada telinga
- Warna Wajah, Kaki dan Ekornya berpola Tabby, Lynx dan Tortie
- Warna Umum Kucing Himalaya yaitu warna seal point (cokelat kehitaman), blue point (abu abu), lilac point (abu-abu kecoklatan), red/flame point (krem kemerahan), cream point (krem), dan chocolate point (cokelat).




KUCING PERSIA


Percaya atau tidak, Kucing Persia dianggap sebagai ras kucing tertua, tetapi pada saat yang sama, ada versi yang berbeda-beda di mana kucing Persia dimulai. Dipercaya secara luas dalam semua versi bahwa kucing Persia berasal dari negara yang dulu dikenal sebagai Persia, yang sekarang di kenal dengan Iran.

Versi populer dari sejarah kucing Persia adalah bahwa Persia diperkenalkan pertama kali ke Italia, sekitar 1620, oleh Pietro della Valle dan mereka dibawa dari Turki ke Prancis oleh Nicholas Claude Fabri de Peiresc. Ini adalah sebagian versi yang didokumentasikan, dan sekali lagi, mereka masuk ke dalam semua versi sejarah Persia.

Hal ini diyakini bahwa Kucing Persia diperkenalkan ke Inggris dari Perancis, dan bahwa sebelumnya mereka tidak memiliki bulu yang panjang seperti yang kita lihat sekarang. Sebaliknya, mereka dibesarkan di Turki dengan Angoras Turki, yang mana berasal dari ras bulu panjang. Namun, dalam versi lain dari sejarah, kucing dikembangbiakkan dengan kucing liar Afrika untuk mendapatkan bulu yang panjang.

Tidak ada keraguan dalam versi apapun, bahwa Persia selalu dianggap kucing bernilai tinggi. Mereka dianggap langka, dan mereka disukai oleh golongan orang – orang kelas atas, Versi lain dari sejarah Persia saat ini sebagai keturunan dari Felis Libyca, yang sebenarnya adalah kucing yang berasal dari Afrika dan Asia. Versi ini juga memiliki Persia diperkenalkan ke Eropa jauh lebih awal dari 1620. Bahkan, versi ini memiliki Persia yang diperkenalkan di tahun 1500-an oleh Romawi dan Fenisia. Versi ini juga menyatakan bahwa Persia dianggap menjadi nilai jual yang tinggi.

Kucing Persia pertama kali diperkenalkan ke Amerika Serikat dan Kanada di awal 1900-an, dan dari saat itu, kucing-kucing menjadi hewan peliharaan yang paling disukai, dengan cepat menjadi jenis kucing yang paling populer di dunia. Bahkan, Persia sudah menjadi simbol sebagai hewan peliharaan yang berharga untuk orang – orang yang memeliharanya. Pada saat ini, mereka sering tampil dalam beberapa pameran / kontes kucing peliharaan



SUMBER:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar