Putri Salju dan Tujuh Kurcaci (Snow White)
Di
suatu pertengahan musim dingin, ketika salju berjatuhan dari langit seperti
bulu, seorang ratu duduk menjahit di dekat jendela. Rangka kayu yang digunakan
untuk membordir terbuat dari kayu ebony yang hitam pekat. Sambil membordir,
sang Ratu menatap salju yang turun dan tanpa sengaja jarinya tertusuk oleh
jarum sehingga tiga tetes darahnya jatuh membasahi salju. Saat ia melihat
betapa terang warna merahnya, ia berkata kepada dirinya sendiri, "Saya
berharap mempunyai anak yang putih seperti salju, merah seperti darah, dan
hitam seperti kayu ebony!".
Tidak
lama setelah itu, sang Ratu melahirkan seorang putri yang kulitnya putih
seputih salju, bibirnya merah semerah darah, dan rambutnya hitam sehitam kayu
ebony , dan diberinya nama Putri Salju. Saat sang Putri lahir, sang Ratu pun
meninggal dunia.
Setelah
setahun berlalu, sang Raja menikah kembali dengan seorang wanita yang sangat
cantik, tetapi angkuh dan tidak senang apabila ada yang melebihi kecantikannya.
Sang Ratu yang baru memiliki sebuah cermin ajaib, di mana sang Ratu sering
berdiri memandang ke dalam cermin dan berkata:
"Cermin di dinding, Siapa yang
tercantik diantara semua?"
Dan sang Cermin selalu menjawab,
"Anda adalah yang tercantik dari semuanya".
Dan sang Ratu pun merasa puas,
karena tahu bahwa Cermin ajaibnya tidak pernah berkata bohong.
Putri
Salju sekarang tumbuh makin lama makin cantik, dan saat ia dewasa,
kecantikannya jauh melebihi kecantikan sang Ratu sendiri. Sehingga suatu hari
ketika sang Ratu bertanya kepada cerminnya:
"Cermin di dinding, Siapa yang
tercantik diantara semua?"
Sang Cermin menjawab, "Ratu,
anda cantik, tetapi Putri Salju lebih cantik dari anda."
Sang
Ratu menjadi terkejut dan warna mukanya menjadi kuning lalu hijau oleh rasa
cemburu, dan semenjak saat itu, ia berbalik membenci Putri Salju. Semakin lama,
rasa cemburunya bertambah besar, hingga dia tidak memiliki kedamaian lagi. Ia
lalu memerintahkan seorang pemburu untuk membinasakan Putri Salju.
"Bawalah
Putri Salju ke suatu hutan, sehingga saya tidak akan pernah melihatnya lagi.
Kamu harus membinasakannya dan membawa hatinya sebagai bukti kepadaku.
Sang
pemburu setuju, membawa Putri Salju ke suatu hutan; akan tetapi saat ia menarik
pedangnya, Putri Salju menangis, dan berkata:
"Wahai,
pemburu, janganlah membunuhku, saya akan pergi dan masuk ke dalam hutan liar,
dan tidak akan kembali lagi."
Pemburu yang menaruh rasa kasihan,
berkata:
"Pergilah
kalau begitu, putri yang malang;" karena sang Pemburu berpikir bahwa
binatang liar di hutan akan memangsa Putri Salju, dan saat ia melepaskan Putri
Salju, hatinya menjadi lebih ringan seolah-olah terbebas dari gencetan batu
yang berat. Saat itu juga dilihatnya seekor babi hutan berlalu, dan sang
Pemburu menangkap babi hutan tersebut lalu mengeluarkan hatinya untuk dibawa ke
sang Ratu sebagai bukti.
Putri
Salju yang sekarang berada dalam hutan liar, merasa ketakutan yang luar biasa
dan tidak tahu harus mengambil tindakan apa saat ketakutan melanda. Kemudian
dia mulai berlari, berlari di atas batu-batuan yang tajam dan berlari menembus
semak-semak yang berduri, dan binatang liar pun mengerjarnya, tetapi tidak
untuk menyakiti Putri Salju. Ia berlari selama kakinya mampu membawa ia pergi,
dan saat malam hampir tiba, ia tiba di sebuah rumah kecil. Putri Salju pun
masuk ke dalam untuk beristirahat. Segala sesuatu yang berada di dalam rumah,
berukuran sangat kecil, tetapi indah dan bersih.
Di rumah tersebut terdapat
bangku dan meja yang di alas dengan taplak putih, dan di atasnya terdapat tujuh
buah piring, pisau makan, garpu dan cangkir minum. Di dekat dinding, terlihat
tujuh ranjang tidur kecil, saling bersebelahan, dan dilapisi dengan seprei
putih juga. Putri Salju menjadi sangat lapar dan haus, makan dari tiap-tiap
piring sedikit bubur dan roti, dan minum sedikit dari tiap-tiap cangkir, agar
ia tidak menghabiskan satu piring saja. Akhirnya Putri Salju merasa lelah dan
membaringkan dirinya di satu ranjang, tetapi ranjang tersebut ada yang terlalu
pendek, ada yang terlalu panjang, untungnya, ranjang yang ke-tujuh sangat
sesuai dengan tinggi badannya; dan ia pun tertidur di tempat tidur tersebut.
Saat
malam tiba, pemilik rumah pulang ke rumah dan mereka adalah tujuh orang kurcaci
yang pekerjaannya menggali terowongan bawah tanah di pegunungan. Saat mereka
menyalakan tujuh lilin yang menerangi seluruh rumah, mereka sadar bahwa ada
orang yang telah masuk ke dalam rumah tersebut karena beberapa hal telah
berpindah tempat, tidak seperti saat mereka meninggalkan rumah.
Yang pertama berkata, "Siapa
yang telah duduk di kursi kecilku?"
Yang kedua berkata, "Siapa yang telah makan dari piring kecilku?"
Yang ketiga berkata, "Siapa yang mengambil roti kecilku?"
Yang keempat berkata, "Siapa yang telah memakan buburku?"
Yang kelima berkata, "Siapa yang telah menggunakan garpuku?"
Yang keenam berkata, "Siapa yang telah memotong dengan pisauku?"
Yang ketujuh berkata, "Siapa yang telah minum dari cangkirku?"
Yang kedua berkata, "Siapa yang telah makan dari piring kecilku?"
Yang ketiga berkata, "Siapa yang mengambil roti kecilku?"
Yang keempat berkata, "Siapa yang telah memakan buburku?"
Yang kelima berkata, "Siapa yang telah menggunakan garpuku?"
Yang keenam berkata, "Siapa yang telah memotong dengan pisauku?"
Yang ketujuh berkata, "Siapa yang telah minum dari cangkirku?"
Kemudian yang pertama, melihat ke
sekeliling rumah dan melihat tanda-tanda bahwa kasurnya telah ditiduri,
berteriak, "Siapa yang telah tidur di ranjangku?"
Dan saat yang lainnya juga datang,
mereka berkata, "Seseorang juga telah tidur di tempat tidurku!"
Ketika kurcaci yang ketujuh melihat ranjangnya, dia melihat
Putri Salju yang tertidur di sana, kemudian dia menyampaikan ke kurcaci lain,
yang datang tergesa-gesa untuk melihat Putri Salju, dan dalam keterkejutan
mereka, mereka masing-masing mengangkat lilinnya untuk melihat Putri Salju
dengan lebih jelas.
"Ya
Tuhan! kata mereka, "siapakah putri yang cantik ini?" dan karena
mereka gembira melihat Putri Salju, mereka tidak tega untuk membangunkannya.
Kurcaci yang ketujuh terpaksa tidur bergantian dengan teman-temannya, setiap
satu jam, di tiap-tiap ranjang temannya sampai malam berlalu.
Menjelang
pagi, ketika Putri Salju terbangun dan melihat ketujuh kurcaci, Putri Salju
menjadi ketakutan, tetapi mereka terlihat bersahabat dan bahkan menanyakan
namanya dan bagaimana dia bisa tiba di rumah mereka. Putri Salju pun
bercerita bagaimana ibunya berharap agar dia meninggal, bagaimana sang Pemburu
membiarkannya hidup, bagaimana ia lari sepanjang hari, hingga tiba ke rumah
mereka.
Para
kurcaci kemudian berkata, "Jika kamu mau membersihkan rumah, memasak,
mencuci, merapihkan tempat tidur, menjahit, dan mengatur semuanya agar tetap
rapih dan bersih, kamu bisa tinggal di sini, dan kamu tidak akan kekurangan
apapun."
"Saya
sangat setuju," katan Putri Salu, dan ia pun tinggal di rumah tersebut
sambil mengatur rumah. Pada pagi hari para kurcaci ke gunung untuk menggali
emas, pada malam hari saat mereka pulang, mereka telah disiapkan makan malam.
Setiap Putri Salju ditinggal sendiri, para kurcaci sering memberi nasehat:
"Berhati-hatilah
pada ibu tiri mu, dia akan tahu bahwa kamu ada di sini. Jangan biarkan
seorangpun masuk ke dalam rumah."
Ratu
yang telah melihat bukti kematian Putri Salju yang berupa hati, yang dibawa
oleh pemburu, menjadi tenang, berdiri di depan cermin dan berkata:
"Cermin
di dinding, Siapa yang tercantik diantara semua?"
Dan
sang Cermin menjawab, "Ratu, walaupun kecantikanmu hampir tidak ada
bandingannya, Putri Salju yang hidup di sebuah rumah kecil beserta tujuh orang
kurcaci, seribu kali lebih cantik."
Ratu menjadi terkejut saat mendengarkannya, dan ia akhirnya
tahu bahwa sang Pemburu telah menipunya, dan Putri Salju masih hidup. Ia pun
berpikir keras untuk menghabisi Putri Salu, karena selama ia bukanlah wanita
tercantik diantara semua, rasa cemburunya tidak akan bisa membuat ia bisa
beristirahat dengan tenang. Akhirnya ia pun mendapatkan rencana, ia menyamarkan
wajahnya dan memakai pakaian yang biasa dipakai oleh wanita tua agar tidak ada
yang bisa mengenalinya. Dalam penyamarannya, ia melalui tujuh gunung hingga
akhirnya tiba di rumah milik tujuh kurcaci. Ia pun mengetuk pintu dan berkata:
"Barang bagus untuk dijual!
barang bagus untuk dijual!"
Putri Salju mengintip dari jendela
dan menjawab:
"Selamat siang, apa yang anda
jual?"
"Barang bagus," katanya,
"Pita berbagai macam warna" dan dia kemudian menyerahkan sebuah pita
yang terbuat dari sutera.
"Saya
tidak perlu takut untuk membiarkan wanita tua ini masuk," pikir Putri
Salju, lalu ia pun membuka pintu dan membeli pita yang indah.
"Betapa
cantiknya kamu, anakku!" kata wanita tua, "kemarilah dan biarkan saya
membantu kamu untuk memakaikan pita ini."
Putri
Salju yang tidak curiga, berdiri di depannya dan membiarkan wanita tua itu
memasangkan pita untuknya, tetapi wanita tua itu dengan cepat mencekik Putri
Salju dengan pita hingga Putri Salju jatuh dan seolah-olah meninggal dunia.
"Sekarang
saatnya kamu berhenti sebagai wanita tercantik," kata wanita tua sambil
berlalu pergi.
Tidak
lama setelah itu, menjelang malam, para kurcaci pulang ke rumah, dan mereka
semua terkejut melihat Putri Salu terbaring di tanah, tidak bergerak; mereka
mengangkatnya dan saat mereka melihat pita yang melilit leher Putri Salju,
mereka memotongnya dan saat itu Putri Salju bernapas kembali. Saat kurcaci
mendengar cerita dari Putri Salju, mereka berkata,
"Wanita
tua yang menjadi penjual keliling, pastilah tidak lain dari ratu yang jahat,
kamu harus berhati-hati saat kami tidak berada di sini!"
Ketika
ratu yang jahat tiba di rumah dan bertanya kepada sang Cermin:
"Cermin
di dinding, Siapa yang tercantik diantara semua?"
Jawabannya
sama dengan sebelumnya, "Ratu, walaupun kecantikanmu hampir tidak ada
bandingannya, Putri Salju yang hidup di sebuah rumah kecil beserta tujuh orang
kurcaci, seribu kali lebih cantik."
Saat
mendengar jawaban tersebut, ia menjadi terkejut karena tahu bahwa Putri Salju
masih hidup.
"Sekarang,
saya harus memikirkan cara lain untuk membinasakan Putri Salju." Dan
dengan sihirnya, ia membuat sisir yang mengandung racun. Kemudian dia menyamar
menjadi seorang perempuan tua yang lain. Lalu pergi menyeberangi tujuh gunung
dan datang ke rumah tujuh kurcaci. Ia mengetuk pintu dan berkata,
"Barang
bagus untuk dijual! barang bagus untuk dijual!"
Putri
Salju melihat keluar dan berkata,
"Pergilah,
Saya tidak akan membiarkan siapapun masuk."
"Tapi
kamu tidak dilarang untuk melihat-lihat," kata si wanita tua sambil
mengeluarkan sisir beracun dan memegangnya. Sisir tersebut sangat menggoda
Putri Salju sehingga ia akhirnya membuka pintu dan membeli sisir itu, dan
kemudian wanita tua itu berkata:
"Sekarang,
rambutmu harus disisir dengan benar."
Putri
Salju yang malang tidak berpikir akan adanya mara-bahaya, membiarkan wanita itu
menyisir rambutnya, dan tidak lama kemudian, sisir pada racun mulai bekerja dan
Putri Salju pun terjatuh tanpa daya.
"Ini
adalah akhir bagimu," kata si wanita tua sambil berlalu. Untungnya hari
sudah hampir malam dan para kurcaci pulang tidak lama setelah kejadian itu.
Saat mereka melihat Putri Salju terbaring di tanah seperti telah meninggal,
mereka langsung berpikir bahwa ini adalah perbuatan ibu tiri yang jahat.
Secepatnya mereka menarik sisir yang masih melekat di rambut Putri Salju dan
saat itupun Putri Salju terbangun, lalu menceritakan semua kejadian yang
dialaminya. Para kurcaci memperingatkan ia untuk lebih berhati-hati lagi dan
jangan pernah membiarkan orang masuk.
Saat
ratu tiba di rumah, ia berdiri di depan cermin dan berkata,
"Cermin
di dinding, Siapa yang tercantik diantara semua?"
Jawabannya
sama dengan sebelumnya, "Ratu, walaupun kecantikanmu hampir tidak ada
bandingannya, Putri Salju yang hidup di sebuah rumah kecil beserta tujuh orang
kurcaci, seribu kali lebih cantik."
Ketika ratu mendengar ini, ia menjadi gemetar karena marah,
"Putri Salju harus mati, walaupun saya juga harus mati!" Lalu ia
masuk ke kamar rahasianya dan di sana ia membuat sebuah apel racun. Apel yang
cantik dan menggiurkan, berwarna putih dan merah. Siapapun yang melihatnya
pasti tergiur dan siapapun yang memakannya walaupun sedikit, akan mati
keracunan. Saat apel itu telah siap, ia pun menyamar kembali dan berpakaian
seperti wanita petani, lalu ia menyeberangi tujuh gunung di mana tujuh kurcaci
tinggal. Dan ketika ia mengetuk pintu, Putri Salju melongokkan kepala melalui
jendela dan berkata,
"Saya tidak berani membiarkan
siapapun masuk, tujuh kurcaci sudah melarang saya."
"Baiklah," kata si wanita,
"Saya hanya ingin memberikan sebuah apel ini kepadamu."
"Tidak," kata Putri Salju,
"Saya tidak berani mengambil apapun."
"Apakah
kamu takut akan racun?" tanya si wanita, "lihatlah, saya akan
membelah apel ini menjadi dua bagian, kamu akan mendapatkan bagian yang
berwarna merah, dan saya bagian yang putih."
Apel
tersebut dibuat dengan cerdiknya, sehingga bagian yang beracun adalah bagian
yang berwarna merah. Putri Salju menjadi tergiur akan kecantikan apel itu, dan
ketika ia melihat si wanita petani memakan apel bagiannya, Putri Salju menjadi
tidak tahan lagi, ia mengulurkan tangannya keluar dan mengambil bagian apel
yang beracun. Tidak lama setelah ia memakan apel tersebut, ia pun terjatuh dan
sepertinya meninggal. Sang Ratu jahat, tertawa keras dan berkata,
"Putih
seperti salju, merah seperti darah, hitam seperti ebony! kali ini, kurcaci
takkan dapat menghidupkan kamu kembali."
Lalu ia pun pulang dan bertanya
kepada cerminnya,
"Cermin di dinding, Siapa yang
tercantik diantara semua?"
Cermin menjawab, "Anda adalah
yang tercantik dari semuanya".
Hati ratu yang tadinya penuh dengan
kecemburuan, akhirnya menjadi tenang dan bahagia.
Para
kurcaci, saat pulang di malam hari, menemukan Putri Salju terbaring di tanah,
dan tak ada nafas lagi yang keluar dari hidungnya. Mereka mengangkatnya,
mencari-cari racun yang membunuh Putri Salju, memotong pitanya, menyisir
rambutnya, mencucinya dengan air dan anggur, tetapi semua sia-sia, putri malang
itu telah meninggal. Mereka akhirnya menaruh Putri Salju dalam sebuah peti, dan
mereka semua duduk mengelilinginya, menangisi kematiannya selama tiga hari
penuh. Walaupun meninggal, Putri salju terlihat seolah-olah masih hidup dengan
pipinya yang merona. Para kurcaci kemudian berkata,
"Kita
tidak akan menguburnya di tanah yang gelap." Lalu merekapun membuat peti
yang terbuat dari gelas yang bening sehingga mereka dapat melihat Putri Salju
dari segala sisi. Putri Salju dibaringkan di peti tersebut, dan di peti itu
ditulislah nama Putri Salju dengan tulisan emas, beserta kisah bahwa ia adalah
putri seorang raja. Kemudian mereka meletakkan peti itu di atas gunung, dan
salah satu dari mereka selalu tinggal untuk mengawasinya. Burung-burung pun
datang berkunjung dan turut berduka, yang datang pertama adalah burung hantu,
lalu burung gagak, lalu seekor burung merpati.
Untuk
beberapa lama, Putri Salju terbaring di peti gelas itu dan tidak pernah
berubah, terlihat seolah-olah tidur. Ia masih tetap seputih salju, semerah
darah dan rambutnya sehitam ebony. Suatu ketika seorang pangeran lewat di hutan
yang menuju ke rumah kurcaci. Saat ia melihat peti di puncak gunung beserta
Putri Salju yang cantik di dalamnya, ia menjadi jatuh cinta, dan setelah ia
membaca tulisan yang ada pada peti itu. Ia berkata kepada para kurcaci,
"Biarkan
saya memiliki peti beserta Putri Salju ini, saya akan memberikan apapun yang
kalian minta."
Tetapi
kurcaci menolak dan mengatakan bahwa mereka tidak mau berpisah dengan Putri
Salju walaupun dibayar dengan emas yang ada di seluruh dunia. Tetapi sang
Pangeran berkata,
"Saya
memintanya dengan amat sangat, karena saya tidak akan bisa hidup tanpa melihat
Putri Salju; Jika kalian setuju, saya akan serta merta membawa kalian semua dan
menganggap kalian seperti saudaraku sendiri."
Saat
sang Pangeran berbicara dengan sungguh hati, para kurcaci menjadi iba dan
memberikan sang Pangeran peti yang berisikan Putri Salju, dan sang Pangeran pun
memanggil pelayan-pelayannya untuk mengangkat peti tersebut ke istana. Di
perjalanan, seorang pelayan terantuk pada semak-semak sehingga peti yang
diangkatnya menjadi terguncang dan sedikit miring. Saat itulah apel beracun yang
ada pada kerongkongan Putri Salju, keluar dari mulutnya. Putri Salju membuka
matanya dan membuka penutup peti, turun dan berdiri dalam keadaan
sehat-walafiat.
"Oh,
dimanakah saya berada?" tanyanya. Sang Pangeran secepatnya menjawab dengan
hati riang, "Kamu aman di dekatku," dan menceritakan semua yang
terjadi. Sang Pangeran lalu berkata lagi,
"Saya
lebih memilih kamu dibandingkan dengan apapun yang ditawarkan oleh dunia;
ikutlah bersama saya menuju istana ayahku dan jadilah pengantinku."
Putri
Salju yang baik hati, ikut bersama pangeran dan direncanakanlah pesta
perkawinan yang meriah untuk mereka berdua.
Ibu
tiri Putri Salju juga ikut diundang menghadiri pesta dan saat berhias di
cermin, ia pun bertanya pada cermin ajaibnya:
"Cermin
di dinding, Siapa yang tercantik diantara semua?"
Cermin
menjawab, "Ratu, walaupun kecantikanmu hampir tidak ada bandingannya,
Pengantin yang baru ini seribu kali lebih cantik."
Sang
Ratu menjadi marah dan mengutuk karena kecewa, ia hampir saja membatalkan
kehadirannya di pesta pernikahan Putri Salju, tetapi rasa penasarannya membuat
ia tetap pergi. Saat ia melihat pengantin wanita, ia menjadi terkejut karena
pengantin wanita tersebut tidak lain adalah Putri Salju. Kemarahan serta
ketakutan bercampur aduk menjadi satu dan saat itu juga, sang Ratu yang jahat
tersedak karena marahnya, terjatuh dan meninggal, sedangkan Putri Salju dan
pangeran, hidup bahagia selama-lamanya.
PUTRI
DUYUNG
Raja Triton, Raja Lautan yang perkasa, punya
banyak anak perempuan. Mereka mencintai dunia bawah laut, tempat mereka
tinggal. Tetapi Ariel, anak bungsunya, memimpikan dunia di atas permukaan air,
dunia manusia. Meskipun ayahnya telah memperingatkannya agar tidak ke sana,
Ariel mengabaikannya. Dia sering berenang ke permukaan laut.
Ariel dan sahabatnya, Flounder, senang
mengunjungi Skatel si burung camar. Skatel memberitahu mereka tentang segala
barang manusia yang ditemukan Ariel di dasar laut. Pada suatu hari Triton tahu
bahwa Ariel sering pergi ke permukaan laut. Triton marah sekali. Dia
mencemaskan keselamatan Ariel. Maka dia meminta sahabat kepercayaannya,
Sebastian si kepiting, untuk mengawasi Ariel.
Beberapa hari kemudian Ariel melihat ada kapal
melintas di permukaan laut. “Manusia!” seru Ariel sambil cepat- cepat berenang
mendekati kapal itu. “Oh, tidak!” teriak Sebastian. Cepat- cepat dia dan
Flounder mengejar Ariel.
Ketika Ariel muncul di permukaan air, dilihatnya
sebuah kapal besar penuh pelaut yang bernyanyi- nyanyi dan menari- nari. Mata
Ariel bercahaya ketika dia melihat pemuda gagah yang oleh para pelaut dipanggil
Pangeran Erik. Ariel jatuh cinta pada pandangan pertama. Tiba- tiba langit
menjadi gelap dan kilat menyambar- nyambar. Kapal Pangeran Erik bukan tandingan
badai yang mengerikan itu. Kapal itu diombang- ambingkan ombak dan Pangeran
Erik terlempar ke laut.
“Aku harus menyelamatkannya!” teriak Ariel.
Disambarnya Pangeran yang hampir tenggelam itu, lalu dia berenang ke pantai.
Ditariknya Pangeran Erik ke atas pasir. Pangeran Erik tidak bergerak ketika
Ariel menyentuh wajahnya dengan lembut dan menyanyikan sebuah lagu cinta yang
indah untuknya. Tak lama kemudian Ariel mendengar anak buah Pangeran
mencarinya. Dia tak ingin dilihat manusia. Jadi, diciumnya Pangeran, lalu dia
cepat- cepat menyelam kembali ke laut.
Pangeran Erik siuman dan menemukan Sir Grimsby,
pelayannya yang setia, di sisinya. “Apa yang terjadi?” Tanya Sir Grimsby. Dia
senang Pangeran Erik masih hidup. “Ada gadis,” kata Pangeran yang masih
kelihatan bingung. “Seorang gadis menyelamatkan aku lalu menyanyi. Suaranya
merdu sekali. Belum pernah aku mendengar suara semerdu itu. Aku ingin menemukan
gadis itu dan aku ingin menikah dengannya!” Rupanya Pangeran Erik juga telah
jatuh cinta.
Raja Triton marah sekali ketika ia tahu bahwa
Ariel jatuh cinta pada seorang manusia. Dia segera berenang ke gua tempat Ariel
menyimpan koleksi barang- barang miliknya. “Ayah, aku mencintainya!” kata
Ariel, “Aku ingin bersamanya!”. “Dia manusia! Pemakan ikan!” teriak Triton,
“Tidak boleh!” Diangkatnya trisula saktinya. Sambaran- samnbaran kilatnya
menghancurkan semua harta kesayangan Ariel. Lalu Raja Lautan itu pergi. Ariel
menutup wajahnya dan menangis.
Sementara itu, tak jauh dari situ, kekuatan jahat
sedang bekerja di kerajaan bawah laut. Ursula, si Penyihir Laut, yang dulu memerintah
kerajaan bawah laut sebelum Triton, sedang mencari cara untuk menggulingkan
Triton. Lewat bola kristalnya, dia bisa melihat Ariel yang sedang menangis. Dia
mendapat ide, “Aku bisa mengalahkan Raja laut lewat anaknya.”
Ursula mengirim sepasang pelayan belutnya,
Flotsam dan Jetsam, ke gua Ariel. Mereka berhasil meyakinkan Ariel bahwa Ursula
bisa membantunya mendapatkan Pangeran yang dicintainya. Ariel sedang sedih
sekali, sampai- sampai dia mengabaikan peringatan Sebastian dan ikut bersama
Flotsam dan Jetsam untuk menemui si Penyihir Laut.
“Aku punya tawaran untukmu, anak manis,” kata
Ursula ketika Ariel sudah memasuki sarangnya. “Tawaran?” Tanya Ariel lugu.
“Ya,” kata si Penyihir, “Aku akan membuatmu menjadi manusia selama tiga hari
dan kau akan menemui Pangeranmu. Jika kau bisa membuatnya menciummu sebelum
matahari terbenam pada hari ketiga, kau akan bersama selamanya, sebagai
manusia. Jika dia tidak menciummu, kau akan berubah kembali menjadi putri
duyung, dan kau akan menjadi tawananku! Dan imbalan untuk tawaran ini adalah
suaramu,” kata si penyihir. “Suaraku?” tanya Ariel terkejut, “Aku tak akan bisa
berbicara atau menyanyi. Bagaimana aku bisa membuat Pangeran jatuh cinta
padaku?”. “Kau kan masih punya wajahmu yang cantik,” jawab Ursula.
Setelah Ariel menyetujui tawaran Ursula, si
Penyihir Laut menggunakan kekuatan sihirnya. Perubahan yang mengejutkan
terjadi. Ekor Ariel lenyap. Kini dia punya dua kaki dan menjadi manusia. Pada
saat yang bersamaan suaranya meninggalkan tubuhnya dan ditangkap dalam sebuah
kerang. Ketika dia ingin mencari Pangeran, Ariel dibantu sahabat- sahabatnya ke
pantai. Dia mencoba berbicara kepada mereka, tetapi tak ada suara yang keluar.
Tak lama kemudian Ariel bertemu dengan Pangeran
Erik, yang telah jatuh cinta kepadanya sejak mendengarnya bernyanyi. Mula- mula
Pangeran mengira telah bertemu kembali dengan gadis yang pernah menolongnya.
Tetapi Ariel tak dapat berbicara, maka Pangeran mengira dia keliru. Pangeran
Erik kasihan kepada Ariel, yang perlu pakaian, mandi, dan makan. Dibawanya
Ariel ke istananya.
Dalam dua hari berikutnya, Pangeran Erik menyukai
Ariel, tetapi dia tetap merindukan si gadis yang bersuara merdu. Ketika sedang
berperahu berdua, Pangeran Erik sudah hamper mencium Ariel. Sayangnya Flotsam
dan Jetsam membalikkan perahu mereka. “Nyaris saja!” kata Ursula yang
menyaksikan segalanya lewat bola kristalnya. “Aku harus bertindak sendiri!”
ujar Ursula. Si Penyihir Laut lalu minum ramuan sihir dan berubah menjadi
seorang gadis cantik.
Pada pagi hari ketiga, istana menjadi sibuk.
Pangeran Erik akan menikah dengan seorang gadis yang baru saja dijumpainya.
Kasihan Ariel. Pangeran Erik telah tersihir. Ursula, yang kini tampil sebagai
gadis cantik, telah menggunakan suara Ariel, yang disimpannya dalam kerang dan
digantungkan di lehernya. Pangeran Erik mengira dia adalah gadis yang
menyelamatkannya ketika kapalnya karam. Ariel pun patah hati.
Upacara pernikahan akan berlangsung di atas kapal
baru Pangeran Erik. Skatel kebetulan terbang melintasi kapal itu, tepat ketika
si pengantin putri melewati cermin. Bayangan yang terpantul di cermin adalah
bayangan Penyihir Laut. Skatel sadar bahwa Pangeran Erik telah ditipu. Cepat-
cepat dia menjelaskan hal ini kepada Ariel dan teman- temannya yang lain.
Sebastian cepat menyusun rencana. Flounder membantu Ariel naik ke kapal
Pangeran Erik. Skatel mengatur sekawanan camar temannya untuk menunda
pernikahan. “Aku akan memberitahu Triton akan hal ini,” kata Sebastian.
Pernikahan Pangeran Erik dan si gadis hampir
dilaksanakan, ketika sekawanan burung camar, dipimpin oleh Skatel, meluncur
turun menyerang si pengantin putri. Pengantin putri berteriak. Suara yang
keluar adalah suara Penyihir Laut. Ariel naik ke geladak tepat ketika Skatel
berhasil menjatuhkan kerang yang berisi suara Ariel dari leher si gadis. Kerang
itu pecah dan suara Ariel kembali kepadanya.
“Oh, Pangeran Erik, aku mencintaimu,” kata Ariel.
“Rupanya memang kau,” kata Pangeran Erik. Matahari menghilang di ufuk barat,
tepat ketika mereka akan berciuman. Waktu tiga hari yang diberikan kepada Ariel
telah habis. Dia berubah kembali menjadi Putri Duyung, sementara si gadis juga
berubah menjadi Penyihir Laut. Ursula menyambar Ariel dan terjun ke laut.
Berkat pemberitahuan Sebastian, Triton sudah
menunggu di sarang Ursula ketika mereka tiba di sana. “Kulepaskan anakmu jika
kau mau menjadi gantinya,” seru Ursula. Triton setuju. Sekarang Triton yang
menjadi tawanan Ursula, menggantikan Ariel. Ursula memiliki trisula sakti
Triton dan menguasai kerajaan bawah laut. Tiba- tiba sebuah pedang menusuk bahu
Ursula. Rupanya Pangeran Erik datang untuk menyelamatkan Ariel. Ariel berenang
ke permukaan laut bersamanya. Tetapi Ursula mengikuti tepat di belakang mereka.
Seiring dengan bertambahnya kemarahannya, tubuhnya pun semakin besar, sampai
muncul ke atas permukaan laut.
Pangeran Erik berenang ke arah kapalnya, lalu
segera naik. Disambarnya kemudi dan diarahkannya kapalnya ke tubuh Ursula.
Tepat ketika Ursula akan mengirim sambaran kilat maut ke arah Ariel dengan
trisulanya, kapal Pangeran Erik menabraknya. Si Penyihir Laut yang jahat telah
binasa.
Karena si Penyihir Laut telah mati, Triton bebas.
Dia muncul ke atas permukaan laut dengan memegang trisulanya. Dilihatnay Ariel
sedang menatap Pangeran Erik dengan tatapan cinta. “Ariel betul- betul
mencintainya, ya,” kata si Raja Lautan kepada Sebastian yang berada di
sampingnya. Sebastian mengangguk. “Aku akan rindu padanya,” Triton menambahkan,
kemudian diangkatnya trisula saktinya dan diarahkannya kilat sakti ke arah ekor
Ariel.
Ekor si Putri Duyung lenyap dan sekali lagi dia
punya kaki. Ariel sekarang menjadi manusia. Pangeran Erik pun mencium gadis
yang dicintainya itu. Tak lama kemudian mereka menikah dan berlayar bersama.
PUTRI TIDUR
Di jaman dahulu kala, hiduplah seorang Raja dan
Ratu yang tidak memiliki anak; masalah ini membuat Raja dan Ratu sangatlah
sedih. Tetapi di suatu hari, ketika sang Ratu berjalan di tepi sungai, seekor
ikan kecil mengangkat kepalanya keluar dari air dan berkata, "Apa yang
kamu inginkan akan terpenuhi, dan kamu akan segera mempunyai seorang
putri."
Apa yang ikan kecil tersebut ramalkan segera
menjadi kenyataan; dan sang Ratu melahirkan seorang gadis kecil yang sangat
cantik sehingga sang Raja tidak dapat menahan kegembiraannya dan mengadakan perjamuan
besar besaran. Dia lalu mengundang semua sanak keluarga, teman dan seluruh
penduduk dikerajaannya. Semua peri yang ada dikerajaannya juga turut diundang
agar mereka dapat ikut menjaga dan memberikan berkah kepada putri kecilnya. Di
kerajaannya terdapat tiga belas orang peri dan sang Raja hanya memiliki dua
belas piring emas, sehingga Raja tersebut memutuskan untuk mengundang dua belas
orang peri saja dan tidak mengundang peri yang ketiga belas. Semua tamu dan
peri telah hadir dan setelah perjamuan mereka memberikan hadiah-hadiah
terbaiknya untuk putri kecil itu, satu orang peri memberikan kebaikan, peri
yang lainnya memberikan kecantikan, yang lainnya lagi memberikan kekayaan, dan
begitu pula dengan peri-peri yang lainnya sehingga putri kecil itu hampir
mendapatkan semua hal-hal yang terbaik yang ada di dunia.
Ketika peri yang kesebelas selesai memberikan
berkahnya, peri ketiga belas yang tidak mendapat undangan dan menjadi sangat
marah itu, datang dan membalas dendam. Dia berkata, "Putri Raja dalam
usianya yang kelima belas akan tertusuk oleh jarum jahit dan meninggal."
Kemudian peri yang kedua belas yang belum memberikan berkahnya kepada sang
Putri, maju kedepan dan berkata bahwa kutukan yang dikatakan oleh peri ketiga
belas tersebut akan terjadi, tetapi dia dapat memperlunak kutukan itu, dan
berkata bahwa sang Putri tidak akan meninggal, tetapi hanya jatuh tertidur
selama seratus tahun.
Raja berharap agar dia dapat menyelamatkan putri
kesayangannya dari ancaman kutukan itu dan memerintahkan semua jarum jahit di
istananya harus di bawa keluar dan dimusnahkan. Sementara itu, semua berkah
yang diberikan oleh peri-peri tadi terwujud, sang Putri menjadi sangat cantik,
baik budi, ramah-tamah dan bijaksana, hingga semua orang mencintainya. Tepat
pada usianya yang kelima belas, Raja dan Ratu kebetulan meninggalkan istana,
dan sang Putri ditinggalkan sendiri di istana. Sang Putri menjelajah di istana
sendirian dan melihat kamar-kamar yang ada pada istana itu, hingga akhirnya dia
masuk ke satu menara tua dimana terletak satu tangga sempit menuju ke atas yang
berakhir dengan satu pintu kecil. Pada pintu tersebut tergantung sebuah kunci
emas, dan ketika dia membuka pintu tersebut, dilihatnya seorang wanita tua
sedang menjahit dengan jarum jahit dan kelihatan sangat sibuk.
"Hai ibu yang baik," kata sang Putri,
"Apa yang kamu lakukan disini?"
"Menjahit dan menyulam," kata wanita
tua itu, kemudian menganggukkan kepalanya.
"Betapa cantiknya hasil sulaman mu!"
kata sang Putri, dan mengambil jarum jahit dan mulai ikut menyulam. Tetapi
secara tidak sengaja dia tertusuk oleh jarum tersebut dan apa yang diramalkan
sewaktu dia masih kecil, terjadi, sang Putri jatuh ke tanah seolah-olah tidak
bernyawa lagi.
Seperti yang diramalkan bahwa walaupun sang Putri
akan tertusuk oleh jarum jahit, sang Putri tidak akan meninggal, melainkan
hanya akan tertidur pulas; Raja dan Ratu yang baru saja pulang ke istana,
beserta semua menteri juga jatuh tertidur, kuda di kandang, anjing di halaman,
burung merpati di atas atap dan lalat yang berada di dinding, semuanya jatuh
tertidur. Bahkan api yang menyalapun menjadi terhenti, daging yang dipanggang
menjadi kaku, tukang masak, yang saat itu sedang menarik rambut seorang anak
kecil yang melakukan hal-hal yang kurang baik, juga jatuh tertidur, semuanya
tertidur pulas dan diam.
Dengan cepat tanaman-tanaman liar berduri di
sekitar istana tumbuh dan memagari istana, dan setiap tahun bertambah tebal dan
tebal hingga akhirnya semua tempat di telah dikelilingi oleh tanaman tersebut
dan menjadi tidak kelihatan lagi. Bahkan atap dan cerobong asap juga sudah
tidak dapat dilihat karena telah tertutup oleh tanaman tersebut. Tetapi kabar
tentang putri cantik yang tertidur menyebar ke seluruh daratan sehingga banyak
anak-anak Raja dan Pangeran mencoba untuk datang dan berusaha untuk masuk ke
dalam istana itu. Tetapi mereka tidak pernah dapat berhasil karena duri dan
tanaman yang terhampar menjalin dan menjerat mereka seolah-olah mereka dipegang
oleh tangan, dan akhirnya mereka tidak dapat maju lagi.
Setelah bertahun-tahun berlalu, orang-orang yang
telah tua menceritakan cerita tentang seorang putri raja yang sangat cantik,
betapa tebalnya duri yang memagari istana putri tersebut, dan betapa indahnya
istana yang terselubung dalam duri itu. Dia juga menceritakan apa yang
didengarnya dari kakeknya dahulu bahwa banyak pangeran telah mencoba untuk
menembus semak belukar tersebut, tetapi semuanya tidak pernah ada yang
berhasil.
Kemudian seorang pangeran yang mendengar
ceritanya berkata, "Semua cerita ini tidak akan menakutkan saya, Saya akan
pergi dan melihat Putri Tidur tersebut." Walaupun orang tua yang bercerita
tadi telah mencegah pangeran itu untuk pergi, pangeran tersebut tetap memaksa
untuk pergi.
Saat
ini, seratus tahun telah berlalu, dan ketika pangeran tersebut datang ke semak
belukar yang memagari istana, yang dilihatnya hanyalah tanaman-tanaman yang
indah yang dapat dilaluinya dengan mudah. Tanaman tersebut menutup kembali
dengan rapat ketika pangeran tersebut telah melaluinya. Ketika pangeran
tersebut akhirnya tiba di istana, dilihatnya anjing yang ada di halaman sedang
tertidur, begitu juga kuda yang ada di kandang istana, dan di atap dilihatnya
burung merpati yang juga tertidur dengan kepala dibawah sayapnya; dan ketika
dia masuk ke istana, dia melihat lalat tertidur di dinding istana, dan tukang
masak masih memegang rambut anak yang kelihatan meringis dalam tidur,
seolah-olah tukang masak itu ingin memukuli anak tersebut.
Ketika dia masuk lebih kedalam, semuanya terasa
begitu sunyi sehingga dia bisa mendengar suara nafasnya sendiri; hingga dia
tiba di menara tua dan membuka pintu dimana Putri Tidur tersebut berada. Putri
Tidur terlihat begitu cantik sehingga sang Pangeran tidak dapat melepaskan
matanya dari sang Putri. Sang Pangeran lalu berlutut dan mencium sang Putri.
Saat itulah sang Putri membuka matanya dan terbangun, tersenyum kepada sang
Pangeran karena kutukan sang peri ketiga belas telah patah.
Mereka berdua lalu keluar dari menara tersebut
dan saat itu Raja dan Ratu juga telah terbangun termasuk semua menterinya yang
saling memandang dengan takjub. Kuda-kuda istana pun terbangun dan meringkik,
anjing-anjing juga melompat bangun dan menggonggong, burung-burung merpati di
atap mengeluarkan kepalanya dari bawah sayapnya, melihat sekeliling lalu
terbang ke langit; lalat yang didinding langsung beterbangan kembali; api didapur
kembali menyala; tukang masak yang tadinya memegang rambut seorang anak
laki-laki dan ingin menghukumnya melanjutkan hukumannya dengan memutar telinga
anak tersebut hingga anak tersebut menangis.
Akhirnya Raja dan Ratu mengadakan pesta
pernikahan untuk sang Putri dan Pangeran yang berakhir dengan kebahagiaan
sepanjang hidup mereka.
SUMBER:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar